ASI (air susu ibu) merupakan asupan makanan
bagi bayi yang tak tergantikan oleh apapu. Manfaat utama dari ASI antara lain
banyak gizi, meningkatkan kekebalan tubuh, aman dan bersih, anti alergi dan
yang pasti lebih ekonomis. Adanya faktor perlindungan dan kandungan gizi yang
cukup membaut bayi menjadi lebih sehat dan menurunkan resiko kematian pada
bayi. Beberapa penelitian epidemologi menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan
anak dari penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran
pernafasan akut bagian bawah. Kolorostum yang terdapat dalam ASI mengandung zat
kekebalan tubuh10-17 kali lebih banyak dari susu sapi.
Menurut rekomendasi dari WHO dan UNICEF
sebaiknya anak hanya disusui ASI minimal selama enam bulan pertama. Makanan
padat hanya boleh diberikan setelah usianya lebih dari enam bulan dan pemberian
dilanjutkan dengan ASI selama dua tahun. Pengenalan dini makanan yang rendah
energi dan gizi atau yang disiapkan dalam kondisi tidak higietis dapat
menyebabkan anak mengalami kurang gizi dan terinfeksi organisme asing, sehingga
mempunyai daya tahan tubuh yang rendah terhadap penyakit di antara anak-anak.
Pola menyusui dapat dibagi menjadi tiga
anatara lain:
- Menyusui eksklusif adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, selain menyusui (kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes)
- Menyusui dominan adalah menyusui bayi tetapi pernah memberikan sedikit air atau minuman bernasis air, misalnya teh, sebagai makanan atau minuma prelakteral sebelum ASI keluar
- Menyusui parsial adalah menyusui bayi serta memberikan makanan buatan selain ASI, baik susu formula, bubur atau makanan lainnya sebelum bayi berumur enam bulan, baik diberikan secara kontinyu maupun diberikan sebagai makanan prelakteal.
Inisiasi menyusi dini (IMD) adalah memberikan
ASI segara setelah bayi dilahirkan, biasanya dalam waktu 30 menit sampai 1 jam
pasca bayi dilahirkan. Tujuan dari IMD antara lain:
- Kontak kulit dengan kulit membuat ibu dan bayi lebih tenang
- Saat IMD bayi menelan bakteri baik dari kulit ibu yang akan membentuk koloni di kulit dan usus bayi sebagai perlindungan dini
- Kontak kulit dengan kulitr antara ibu dan bayi akan meninggalkan ikatan kasih sayang ibu dan bayi
- Mungurangi terjadinya anemia
Apabila ASI tidak langsung keluar pasca
melahirkan maka bayi diberikan makanan prelakteal, yang berupa makanan atau
minuman. Makanan prelakteal biasanya diberikan pada neonatus dengan proses
menyusui lebih dari satu jam setelah presalinan dengan alasan ASI belum keluar
ataupun alasan tradisi. Pemberian makanan prelakteal dapat diberikan oleh
penolong persalinan atau oleh orang tua dan keluarga neonatus.
Makanan prelakteal biasanya diberikan kepada
neonatus selama 1-2 hari selama ASI belum keluar. Asupan yang bisa diberikan
antara lain susu formula, air kelapa, pisang, dan air tajin (air nasi).
Meskipun ASI belum keluar atau sulit keluar bayi harus tetap diajarkan mengkonsumsi
ASI langsung dari payudara ibunya. Dengan kontak kulit, mata dan emosi sejak
dini akan merangsang aliran ASI, merangsang perkembangan emosi dan kecerdasan
bayi.
Makanan prelakteal ini berbahaya karena
makanan ini dapat menggantikan kolostrum sebagai makanan sebagai makanan bayi
yang paling awal. Bayi mungkin terkena diare, septisemia dan meningitis, bayi
lebih mungkin menderita intoleransi terhadap protein di dalam susu formula,
serta timbul alergi misalnya eksim. Pemberian makanan prelakteal sangat
merugikan karena akan menghilangkan rasa haus bayi sehingga malas menyusui.
Sumber: depkes
0 comments:
Post a Comment